Islam Kosmopolitan

Gambar terkaitUniversalisme ajaran Islam dan kosmopolitanisme peradaban Islam adalah dua hal yang berjalan secara kausalitatif. Universalisme ajaran Islam adalah upaya dalam memandang ajaran Islam secara menyeluruh. Adapun unsur utamanya adalah hadirnya keterbukaan pemikiran yang dicerminkan pada sikap toleransi, pluralitas dan inklusif. Sikap tindak dari universalisme ajaran Islam tersebutlah yang kemudian menjadi lahan subur bagi benih pembuahan kosmopolitanisme peradaban Islam. Praktis, sikap sikap seperti intoleran dan eksklusif yang berpunggungan dengan universalisme ajaran Islam tidak akan mampu menciptakan dan malah mematikan kosmopolitanisme perabadan Islam.

Kebudayaan puncak dari Islam yang universal, subtansial, melintasi ruang dan waktu dan menjadi rahmat bagi alam semesta (bukan hanya rahmat bagi Arab, Muslim apalagi mahzab) yang kemudian disebut sebagai kosmopolitanisme peradaban Islam. Hal ini dapat dilacak dari fakta sejarah bahwa perabadan Islam antara abad ke 7-15 masehi (1-7 Hijriyah) dihiasi oleh praktik diskursif dan dialektika lintas agama, mahzab, etnis dan heterogenitas budaya yang diterima secara lapang dada dan keterbukaan pemikiran. Renesains Eropa pada abad ke 15 yang menjadi momentum kebangkitan Eropa justru berbanding terbalik dengan kebudayaan Islam yang dikarenakan berkembangnya tradisi pengkafiran, pelarangan kajian filsafat dan Ilmiah di hampir seluruh wilayah yang berpenduduk mayoritas muslim.

Puncak Kebudayaan sebagai Katalis Peradaban

Oswald Spengler yang merupakan Sosiolog kenamaan Barat mengutarakan bahwa perabadan dapat terjadi jika akumulasi kebudayaan telah mencapai titik tertingginya. Jika benih peradaban adalah kebudayaan, maka apa yang dapat dilakukan demi terjadinya suatu transformasi kebudayaan? Sosiolog Barat lainnya yang bernama C. Kluchohn membagi unsur-unsur kebudayaan menjadi 7 bagian. Unsur adalah subyek yang menyusun suatu obyek. Adapun unsur kebudayaan yang 7 itu, diantaranya; Sistem kepercayaan, sistem mata pencaharian dan ekonomi, bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan sistem organisasi kemasyarakatan.

Sistem Kepercayaan, yaitu keseluruhan entitas kepercayaan mulai dari Agama, Mahzab hingga aliran keyakinan. Pada Islam, kepercayaan mendapat tempat utama. Diaspora Islam ke dalam berbagai mahzab sebenarnya bukanlah soal mendasar jika dapat disikapi dengan toleran, plural dan keterbukaan pemikiran. Bukankah perbedaan itu niscaya? Bukankah Nabi Muhammad saw bersabda bahwa perbedaan diantara umatku adalah rahmat? Perbedaan mahzab dalam Islam menjadi petaka ketika disikapi dengan eksklusivitas, as shobiyah dan pemikiran yang tertutup dari kebenaran eksternal (kafara). Gerakan transnasional untuk mengupayakan sekularisme pada satu sisi, dan radikalisme pada sisi yang lain menjadi tugas umat Islam untuk tetap bersikap toleran dan berusaha secara proporsional untuk membuka ruang dialog antar sesama muslim dan sesama umat beragama yang lain.

Kesenian, yaitu hasil karya manusia yang mengungkapkan pengalaman, imajinasi, perasaan dan pikiran akan suatu keindahan. Seni dalam agama Islam dewasa ini mengalami kemunduran. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya penerus seniman sastra dan tari seagung Jalaluddin Rumi, pengkafiran seni patung dan lukis oleh sebagian mahzab, minimnya seni arsitektur semegah Taj Mahal.

Ilmu Pengetahuan, yaitu keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah teruji kebenarannya. Dua metode ilmu pengetahuan adalah ilmiah dan filosofis. Baik metodologi ilmiah maupun filosofis, Islam kini sungguh terbelakang jika dibandingkan dengan agama Kristen dan Yahudi atau dengan kebudayaan Barat, China atau India. Hal ini terbukti dari minimnya ilmuwan dan filosof yang berlatar belakang muslim.

Teknologi, yaitu seperangkat alat yang digunakan untuk mempermudah pencapaian tujuan manusia. Mulai dari teknologi informasi dan komunikasi hingga teknologi militer dan nuklir, Islam jauh tertinggal di belakang Amerika, Rusia, China atau bahkan Negara sekecil Korea Utara dan Israel.

Sistem Organisasi Kemasyarakatan, yaitu pola interaksi antar individu dan masyarakat. Masyarakat muslim saja yang tergolong komunitas internal mengalami perpecahan dan stagnasi komunikasi. Apalagi hubungan internal dengan agama dan kebudayaan eksternal. Islam cenderung berada pada posisi inferior atau paling tidak sekadar berkembang.

Sistem Perekonomian, yaitu keseluruhan produksi, distribusi dan konsumsi suatu rumah tangga. Jika berbicara pada konteks rumah tangga Islam, hasil produksi, pola distribusi dan keseimbangan konsumsi terbilang miskin produksi, mandek distribusi dan berlebihan dalam mengkonsumsi.

Bahasa, yaitu alat yang digunakan untuk berkomunikasi antar individu. Bahasa internasional, yaitu bahasa Inggris dan Mandarin masih lemah disadari oleh kaum muslim. Sementara bahasa Internasional kaum muslim yaitu bahasa Arab juga minim penggunaannya oleh umat muslim sendiri

Muslim sebagai Aktor Utama Kebangkitan Kembali Peradaban Islam

Secara keseluruhan, visi kebangkitan kembali peradaban Islam sulit tercapai jika melihat realitas obyektif kebudayaan Islam dewasa ini. Dalam 7 unsur kebudayaan tersebut, tidak ada satupun yang unsur yang menonjol dikuasai oleh umat Islam. Hanya Iran (Islam Syiah), Turki (Islam Sekular), Arab Saudi (Islam Wahabi) dan Indonesia (Islam Sunni) yang kemudian relatif terdengar gaungnya pada konteks global. Itupun terbilang kecil jika dibandingkan dengan peran Amerika, China, Rusia, Inggris, Prancis dan Jerman. Upaya ini semakin sulit jika tidak segera dilakukan upaya refleksi dan masifikasi intelektual muslim.

Islam menempatkan posisi manusia sebagai makhluk yang unggul. Jika ia menyempurnakan potensinya, maka manusia lebih mulia dari malaikat. Jika ia menghambat penyempurnaan potensinya, maka manusia akan lebih hina dari binatang. Perabadan Islam tidak akan bangkit kembali jika masih ada yang mencoba mematikan kebudayaan dengan alasan budaya adalah hasil tangan manusia, bukan Allah Swt. Padahal akumulasi kebudayaan puncaklah yang melahirkan kebudayaan. Meski kebudayaan adalah karya manusia, ia bisa saja diakultrasi dengan ajaran Islam yang datang dari Allah swt selama tidak bertentangan dengan substansi ajaran Islam. Terbukalah dan bangunlah kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam, maka Peradaban Islam akan bangkit Kembali.

Labels: