Zona Bebas Gosip

Hasil gambar untuk buku zona bebas gosip
Apakah kita bisa hidup tanpa gosip?  Survei yang dilakukan Equisys pada Juli 2002 menemukan bahwa gosip kantor membuang 65 jam produktif karyawan dalam setahun. Itu baru gosip kantor. Belum lagi gosip rumah, warkop, hingga gosip jalanan. Esensi manusia adalah terhubung, itulah gunanya komunikasi. Sayangnya, komunikasi yang kita bangun seringkali mendahulukan keindahan, kebaikan dan disusul dengan kebenaran di akhir, jika perlu. Maka jangan heran, jika gosip, fitnah, hasut, munafik, serta dusta akan selalu mengerogoti komunikasi kita. Padahal, mesti sebaliknya. Kita jadi "kegatalan" dengan setiap komunikasi yang ada. Seperti bunyi peribahasa China;  "Apa yang dibisikkan di telinga seseorang, sering kali terdengar hingga ratusan mil."

     Gosip adalah komunikasi antara dua  orang atau lebih orang yang dilandasi dengan niat dan atau cara yang buruk untuk menceritakan seseorang yang tidak ada dalam proses komunikasi tersebut. Membicarakan sisi negatif orang lain di belakangnya, tanpa peduli itu fakta atau fiktif, sebaiknya dihindari. Jika fakta, disebut bergosip (ghibah). Jika fiktif, disebut fitnah. Larangan bergosip dalam Al-Qur'an termaktub dalam surah Al-Hujurat ayat 12; " Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat, lagi Maha Penyayang."

Asal Muasal Gosip

Pada mulanya, gosip  bekerja dengan sangat tersembunyi dan tak terkendali. Mugkin kita tidak ingin bergosip. Tapi karena mendengarkan gosip, kita malah terbawa arus sambil mencicipi renyahnya gosip tersebut. Biasanya kita terlena. Cepatlah-cepatlah sadar. Lalu minta maaf dan segera tinggalkan. Gosip seperti bisikan iblis kecil di dalam diri kita. Dan iblis kecil itu dapat beranak pinak dikarenakan faktor eksternal  (lingkungan yang senang bergosip) dan faktor internal (diri sendiri yang suka memulai dan atau menyambut hangat pembicaraan gosip).

Acara-acara gosip selebriti dan pejabat di berbagai media juga ikut andil dalam menumbuh-kembangkan budaya gosip. Bila kita senang mendengar gosip, itu berarti ada sesuatu yang tidak beres dengan diri kita. Dengan kata lain, jika kita senang mendengar atau menonton acara atau pembicaraan gosip, secara tidak langsung kita mengakui bahwa hidup kita tidak penting. Apakah lebih penting mengurusi urusan orang lain ketimbang urusan kita sendiri? Nabi Muhammad Saw. berkata; "Alangkah baiknya orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tak mengurusi/membicarakan aib orang lain." (HR. Ad-Dailami). Satunya-satunya cara untuk menghindari dampak negatif gosip adalah menghindari gosip sepenuhnya.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa gosip adalah komunikasi yang didasari dengan niat dan atau cara yang buruk dalam membicarakan seseorang yang tidak hadir pada waktu pembicaraan tersebut. Gosip dalam agama manapun tidak dibenarkan. Dan dalam etika apapun bukanlah termasuk kebaikan. Jadi gosip, sudah salah, buruk pula. Tak perlu naik pitam jika kita digosipkan. Bahkan manusia suci seperti Nabi pun digosipkan. Hadits pun dipelintir, apalagi kita manusia yang serba keliru ini.

     Yang harus Anda lakukan adalah mencari sumber gosip, yaitu pengosip pertama untuk mengklarifikasi alasan dasar perkataannya. Tetapi jangan menutup hidung, jika sumber busuknya berasal dari Anda sendiri. Maksudnya adalah, jika memang yang dia gosipkan benar adanya, lakukanlah introspeksi pada diri Anda sendiri. Jika Anda sudah memperbaiki diri, namun masih digosipkan juga, dengarkan pesan Will Smith berikut; Saya tak punya waktu untuk membenci orang yang membenci saya. Karena saya terlalu sibuk untuk mencintai orang yang mencintai saya."

Merancang Zona Bebas Gosip

Kita boleh saja berdalih, bahwa gosip itu alamiah. Hanya obrolan ringan. Sama seperti bermalas-malasan, galau dan sebagainya. Tapi bukankah perubahan ke arah yang lebih benar dan baik adalah tujuan prioritas kita semua? Memang, kita senang jika kita merasa tahu dan ikut dalam bagian pembicaraan. Zona bebas gosip tidak melarang kita untuk merasakan kesenangan, merasa tahu dan ikut dalam pembicaraan. Selama pembicaraan Anda positif, kenapa tidak? Zona bebas gosip tidak membatasi kebebasan kita berbicara. Kita hanya harus mengendalikannya.

Jika bicara itu bebas tanpa kendali, ucapkan perkataan kotor di depan orang tua, mertua, polisi, guru dan teman Anda. Niscaya Anda akan mendapat batunya. Nah, jika pembicaraan negatif di depan orangnya saja itu salah, apalagi berbicara negatif di belakangnya. Salah satu, kalau bukan satu-satunya, cara untuk menyikapi gosip adalah dengan merancang zona bebas gosip. Zona bebas gosip adalah suatu lingkungan yang mana setiap entitas yang berada di dalamnya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak melakukan komunikasi yang bersifat gosip. Zona bebas gosip bukanlah tanah suci yang dijanjikan atau ditakdirkan langsung oleh Tuhan. Zona bebas gosip merupakan lingkungan yang dibangun secara sadar dan konsisten oleh beberapa orang.

George Bernard Shaw pernah berkata; “temukanlah lingkungan yang baik. Jika Anda tidak menemukannya, ciptakanlah.” Menciptakan zona bebas gosip dapat dimulai dari diri sendiri ketika berinteraksi dengan lingkar sosial seperti keluarga, tempat kerja, teman sepergaulan, ataupun organisasi. Akumulasi dari lingkar sosial kecil tersebut akan menciptakan zona bebas gosip yang lebih besar seperti Negara atau bahkan dunia. Hal itu memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa.

Komunikasi Otentik

     Komunikasi otentik (jujur dan santun) adalah komunikasi yang sesungguhnya. Dan curhat yang otentik seperti ini yang bisa menjadi langkah solutif. Curhat menjadi begitu penting seiring emosi yang selalu hadir. Baik itu emosi positif, pun negatif. Emosi analogi cuaca, kadang badai, kadai panas dan kadang sejuk. Faktanya, 90 % dari keputusan yang  kita ambil didasarkan pada emosi atau perasaan. Kita lalu menggunakan logika untuk membenarkan tindakan-tindakan itu. Yang harus kita lakukan adalah mengendalikan dan menyalurkan emosi tersebut ke tempat yang seharusnya. Dan curhat adalah salah satunya. Kala emosi tidak tersalurkan dengan benar, maka akan beralih pada minuman keras, narkoba, seks bebas, belanja bebas, tindak kekerasan dan lain sebagainya. Maukah kita berteman dengan orang seperti itu? Maukah kita menjadi seperti itu?

        Orang lain tak bisa membaca pikiran dan perasaan kita. Mereka bukan paranormal. Jangan hidup dalam asumsi hanya dengan menerka-menerka. Gali fakta yang sebenarnya. Gosip bisa datang dari mana saja. Bisa datang dari orang terdekat kita, apalagi orang yang belum terlalu mengenal kita. Untuk menciptakan komunikasi yang otentik dan hubungan yang terbuka, jujur dan terbukalah. Berbagi ceritalah (curhat), jika itu memang perlu dibagi. Dengarkanlah nasihat dari teman curhat, kritik maupun apresiasi

        Kebutuhan untuk curhat, baik itu sekadar mendengarkan, apalagi didengarkan semakin meningkat tiap harinya. Apalagi di kota-kota besar. Orang-orang di perkotaan kemudian berani merogoh kocek mahal-mahal demi keluh kesahnya didengar oleh psikiater ataupun motivator. Di sisi lain, curhat juga dilakukan pada kehidupan beragama. Baik itu pada Pastur di Gereja, maupun Ustadz di Masjid. Hal ini juga berlaku pada agama dan tempat-tempat ritual keagamaan lainnya. Curhat merupakan suatu solusi untuk merancang zona bebas gosip.

Panah-Panah Gosip

      Tentulah sangat sulit untuk mengubah seluruh dunia, bangsa, lingkungan atau keluarga. Tapi kabar baiknya adalah, Kita dapat memulainya dari diri sendiri, dari hal-hal kecil dan dari waktu sekarang. Perlahan, kita akan melihat efek riak (ripple effect) yang bersumber dari niat mulia kita, yaitu membangun komunikasi yang otentik (benar, baik dan indah). Pribadi yang percaya diri tidaklah perlu memamerkan kepada dunia betapa hebat dirinya, tetapi membiarkan dunia tahu dengan sendirinya. Jika anda tak mampu mengatur apa yang ada pada diri anda, maka anda akan diatur oleh apa yang ada di luar dari anda. Andalah yang paling bertanggung jawab atas hidup anda. Silahkan bergosip, tapi terimalah konsekuensi untuk dikucilkan bahkan dihindari. Seperti kata Imam Ali Zainal Abidin; "gosip yang tak sampai pada orangnya ibarat anak panah yang tak sampai. Maukah kita memungut anak panah itu dan menancapkannya kepada saudara kita?" Hindari lingkungan gosip, dan hindari pula untuk menyebarkannya.

Labels: