Working Smart

Hasil gambar untuk working smart bukuPahami baik-baik bunyi peribahasa Perancis berikut; "Lebih baik bekerja untuk hidup, daripada hidup untuk bekerja.” Kalau begitu, haruskah kita bekerja keras? atau cukup hanya dengan bekerja cerdas? Perbedaan antara pekerja keras dan pekerja cerdas hanya pada proses yang sekarang, hasil masa depannya sedikit banyak sama. Keduanya relatif efektif. Tapi pekerja cerdas bekerja lebih efisien. Pekerja keras cenderung letih, sementara pekerja cerdas tetap menikmati pekerjaannya. Karena pekerja cerdas mengutamakan efektivitas dan efisiensi. Efektivitas adalah hasil yang baik. Sementara efesiensi adalah proses atau metode yang tepat. Menyapu dengan sapu atau menggunakan mesin penghisap debu, manakah yang lebih efesien dan efektif. Manakah di antara dua pekerjaan tersebut  yang mencerminkan bekerja keras, dan mana yang bekerja cerdas?

Mitos Kerja Keras
           
Ada banyak mitos tentang bekerja keras yang harus kita tumpas dan tuntaskan. Memang, terkadang kerja keras sangat berpengaruh pada hasil. Namun jangan terlalu membesar-besarkannya. Seperti dalam slogan semakin banyak keringat semakin baik hasilnya.  Hasil tidak diukur dari pergerakan jarum jam belaka. Prestasi atau hasil ditentukan oleh seberapa benar dan baik, bukan sekadar seberapa banyak. Thoreau berkata; kesibukan saja masih belum cukup, masalah intinya adalah inspirasi. Apa yang sebenarnya kita sibukkan? Pekerja keras haruslah memeras keringat, hingga-hingga ia bekerja sampai larut malam. Bahkan, pada akhir pekanpun, ia tetap bekerja. Kerja keras bukanlah sesuatu yang mutlak bernilai luhur. Hitler misalnya, ia bekerja keras untuk menguasai Jerman dan daerah jajahannya. Tapi apakah yang dikerjakannya bernilai luhur?

            Yang percaya pada mitos-mitos tersebut hanya dua golongan; orang yang gila kerja dan orang yang benar-benar gila. Mitos kerja keras adalah salah satu penghambat untuk kita dapat bekerja cerdas. Selain siakan tenaga, kita juga menerima pukulan kedua berupa waktu yang banyak terbuang. Mari tinggalkan mitos-mitos atau pita-pita negatif tersebut, sembari menggantinya dengan gagasan yang lebih benar, baik dan lebih baru, tentunya.

Karakter yang Lemah

            Jangan larut dalam kesalahan. Jadikan kesalahan masa lampau sebagai pelajaran. Hindari sedapat mungkin kesalahan yang sama. Tak mengapa, jika kita melakukan kesalahan, asalkan kesalahan tersebut adalah kesalahan yang baru kita ketahui. Pada gilirannya, itulah yang membuat kita belajar dari kesalahan. Berkawanlah dengan orang-orang yang optimis. Tahu-tahu optimisme si kawan tadi menular pada Anda.

            Jika merasa bersalah mengacu pada peristiwa masa lalu, cemas mengacu pada imaji berlebih akan masa depan. Padahal, itu belum tentu terjadi. Dan kalau pun terjadi, cemas bukanlah langkah pencegahan yang tepat. Katakanlah seorang perokok, ia cemas akan kondisi kesehatan dan ekonominya di masa depan akibat aktivitas merokoknya. Apakah cemas dapat menjadi solusi?  Jangan harap! Yang utama, dan terutama sekali ia harus berhenti merokok. Satu lagi hal negatif yang harus kita hindari, yakni takut gagal. Khalayak takkan menghitung berapa kali Anda gagal, yang mereka hitung adalah berapa kali Anda berhasil. Mustahil Anda berhasil jika Anda urung mencobanya. Jika gagal, lagi-lagi itu bisa Anda jadikan hikmah dan pelajaran. Tugas kita hanyalah melakukan yang terbaik sedapat mungkin, sisanya ikhlaskan kepada Tuhan.

Judul di atas merupakan dua hal yang menghalangi Anda menjadi pekerja cerdas. Hilangkan kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Dampak negatif penundaan akan menyia-nyiakan waktu, disorientasi, masalah yang tidak terselesaikan, depresi, lelah, dan pada gilirannya membuat pekerjaan kita terdesak oleh batas waktu. Kita menunda karena kita menghindari tugas yang berat, menghindari tugas yang tidak menyenangkan atau bisa pula karena takut dicap  gagal dalam melakukan tugas atau pekerjaan. Sehingga, agar tidak dicap gagal kita lebih baik menundanya. Padahal, bila Anda tidak melakukan pekerjaan pada waktunya, Anda harus mengerjakan dan menggabungkan tugas tersebut  di masa depan. Pada akhirnya, Anda berkerja lebih berat lagi.

Cernalah solusi dari Henry Ford berikut; "Tidak ada pekerjaan yang terlalu sulit bila hal tersebut dibagi menjadi beberapa bagian pekerjaan kecil.” Intinya, agar kita tidak menunda-nunda pekerjaan, tentukan batas waktu pekerjaan tersebut, namun tentukanlah dengan realistis. Kalau dengan cuci muka anda belum bangun, mandilah atau terjunlah ke sungai. 

             Kita sering mempertahankan konsep diri kita masing-masing yang memang sudah lama tertanam. Konsep diri atau konsep identitas mengenai siapa kita sebenarnya yang dibentuk oleh pemikiran dan perilaku kita. Contoh konsep diri yang negatif seperti perkataan,  "ini sudah menjadi nasib saya, dan saya pasrah kepada Tuhan."  Lihatlah, betapa kepasrahan dijadikan dalih akan ketidakmampuan membangun konsep diri yang positif. Mengubah konsep diri negatif atau kebiasaan buruk memang tidaklah mudah. Tapi pasti ada caranya. Jadikan kesalahan masa lalu sebagai pelajaran. Jika terungkit kembali, hanya katakan; "waktu itu saya kurang tepat, tapi itu yang membuat saya belajar." Dan sebaliknya, rekam di memori Anda, pencapaian-pencapaian yang telah Anda raih. Ini berguna untuk menghadirkan semangat, euforia dan antusiasme kemenangan.

            Konsep diri kita sering timpang saat dileburkan pada konsep yang lebih universal. Solusinya mudah saja, pilih yang paling benar dan paling baik. Jika ada, dan pasti ada yang mencoba menentang konsep diri anda, camkan ucapan Eleanor Roosevelt berikut; "Tidak seorang pun yang dapat membuat anda rendah diri, tanpa persetujuan anda sendiri." Anda yang paling bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada diri Anda. Adanya asap, meniscayakan keberadaan api.

Tindakan Berlebihan

             Hindari pertemuan yang tidak terlalu penting. Bagaimana menciptakan pertemuan yang bermanfaat?  Tentukan tema, tujuan yang hendak dicapai dari pertemuan tersebut dan tentukan estimasi waktu. Melayani tamu adalah hal yang baik. Tapi sesuatu yang berlebihan kendati itu hal yang baik, hasilnya akan tidak baik. Anda juga bisa menyambil pekerjaan seperti melayani tamu sembari mengajaknya makan siang.

Sama halnya dengan telepon. Telepon adalah salah satu sarana yang dapat menghemat waktu dan tenaga agar pekerjaan kita lebih efektif. Tapi bagaimana jika anda mengidap penyakit teleponitis, yang gejalanya adalah terlalu berlebihan saat menelpon dan ditelepon. Manfaatkan telepon dengan bijak. Kemukakan tujuan Anda menelpon atau tujuan teman Anda menelpon dengan cara yang sopan. Atau anda juga bisa menentukan waktu luang yang teratur tentang kapan anda harus  menelpon dan ditelepon. Biasanya pada pagi hari, istirahat siang dan malam hari.

Mahatma Gandhi pernah berkata bahwa ketika kita melakukan sesuatu, lakukanlah dengan cinta atau jangan lakukan. Jadi, kita harus melakukan apa yang kita cintai dan mencintai apa yang kita lakukan. Diluar dari itu, tinggalkanlah. Melakukan pekerjaan yang anda cintai memberikan anda dua hal; kebahagiaan telah melakukan sesuatu yang Anda cintai, dan gaji, bonus atai hasil yang Anda peroleh setelah melakukan pekerjaan tersebut.  Mulailah dengan mempelajari disiplin ilmu yang Anda cintai. Maka Anda akan menjadi sarjana pada disiplin ilmu yang Anda cintai. Anda ahli, anda cintai, anda mendapatkan upah dari pekerjaan tersebut.

Bekerja Cerdas

            Pekerja yang cerdas kerap menggunakan peralatan yang tepat untuk efesiensi pencapaian tujuannya. Thomas Carlyle pernah berkata bahwa manusia adalah binatang yang menggunakan peralatan. Tanpa peralatan, ia bukan apa-apa. Dan sebaliknya, dengan menggunakan peralatan, ia bisa melakukan segala-galanya. Peralatan yang tepat dapat menjadi tongkat ajaib dalam menyelesaikan pekerjaan. Inilah karakteristik pekerja cerdas. Atur tempat kerja Anda. Pilih lokasi yang tenang. Namun jika pekerjaan Anda berbentuk usaha, cari tempat yang ramai. Tentukan dengan tepat kapan waktu istirahat dan selesaikan pekerjaan Anda. Bayangkan kepuasan yang akan Anda toreh jika menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Ciri lain dari pekerja cerdas adalah sering melakukan 2 pekerjaan dalam satu waktu. Sekali dayung, dua, tiga pulau terlampaui. Kita bisa menyelesaikan dua pekerjaan atau lebih dalam satu waktu. Kita bisa mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci atau memasak sembari menelpon kerabat atau mendengarkan audio ceramah melalui hands free. Jika terjadi kemandegan dalam pekerjaan, memperluas atau  meminta perspektif orang lain sangat membantu. Mungkin ada yang perlu ditambahkan, dikurangi atau diganti. Inilah yang disebut sebagai evaluasi kerja.

Menciptakan dan Mempertahankan Kebiasaan Baik

            Jadikan setiap hari penuh arti. Setiap orang masing-masing memiliki 24 jam sehari, dan 7 hari dalam seminggu. Tapi mengapa ada yang berhasil dan bahagia dalam menikmati waktunya dan ada pula yang menuai lelah serta letih sahaja. Pernahkah Anda merasa telah bekerja sekuat tenaga dari subuh hingga malam tapi yang Anda dapatkan hanya lelah belaka? Seperti menunggang kuda komidi putar. Seolah berlari, padahal berjalan di tempat. Itulah mengapa manajemen waktu sangat kita perlukan. 

     Samuel Johnson pernah berucap bahwa mata rantai kebiasaan terlalu lemah untuk dirasakan sampai menjadi semakin kuat untuk ditinggalkan. Sementara kita maklum, kebiasaan buruk cenderung melekat dalam kehidupan kita ketimbang kebiasaan baik. Dengan kata lain, kebiasaan buruk lebih sukar dihilangkan daripada memulai kebiasaan baik. Jadi, pertanyaannya bukan apa yang harus dilakukan?  Tapi lakukan apa yang kita tahu. Lakukan dengan cepat tanpa menunda-nunda. Lakukan, lakukan dan lakukan. Seperti kata Herbert Spencer, bahwa tujuan utama dari pendidikan bukanlah pengetahuan, melainkan tindakan!

Komunikasi otentik (jujur dan santun) adalah komunikasi yang sesungguhnya. Dan curhat yang otentik seperti ini yang bisa menjadi langkah solutif. Curhat menjadi begitu penting seiring emosi yang selalu hadir. Baik itu emosi positif, pun negatif. Emosi analogi cuaca, kadang badai, kadai panas dan kadang sejuk. Faktanya, 90% dari keputusan yang  kita ambil didasarkan pada emosi atau perasaan. Kita lalu menggunakan logika untuk membenarkan tindakan-tindakan itu. Yang harus kita lakukan adalah mengendalikan dan menyalurkan emosi tersebut ke tempat yang seharusnya. Dan curhat adalah salah satunya. Kala emosi tidak tersalurkan dengan benar, maka akan beralih pada minuman keras, narkoba, seks bebas, belanja bebas, tindak kekerasan dan lain sebagainya. Maukah kita berteman dengan orang seperti itu? Maukah kita menjadi seperti itu?

        Orang lain tak bisa membaca pikiran dan perasaan kita. Mereka bukan paranormal. Jangan hidup dalam asumsi dengan hanya dapat menerka-menerka. Gali fakta yang sebenarnya. Gosip bisa datang dari mana saja. Bisa datang dari orang terdekat kita, apalagi orang yang belum terlalu mengenal kita. Untuk menciptakan komunikasi yang otentik dan hubungan yang terbuka, jujur dan terbukalah. Berbagi ceritalah (curhat), jika itu memang perlu dibagi. Tak perlu berbasa-basi. Sebagai gantinya, lebih baik kita curhat tentang perasaan atau berbagi ide. Asalkan curhat itu tidak merugikan orang lain dan Anda sendiri tentunya. Dengarkanlah nasihat dari teman curhat, kritik maupun apresiasi

        Kebutuhan untuk curhat, baik itu sekadar mendengarkan, apalagi didengarkan semakin meningkat tiap harinya. Apalagi di kota-kota besar. Orang-orang di perkotaan kemudian berani merogoh kocek mahal-mahal demi keluh kesahnya didengar oleh psikiater ataupun motivator. Di sisi lain, curhat juga dilakukan pada kehidupan beragama. Baik itu pada Pastur di Gereja, maupun Ustadz di Masjid. Hal ini juga berlaku pada agama dan tempat-tempat ritual keagamaan lainnya. Curhat merupakan suatu solusi untuk merancang zona bebas gosip.

Pikirkan dan Lakukan!

      Tentulah sangat sulit untuk mengubah seluruh dunia, bangsa, lingkungan atau keluarga. Tapi kabar baiknya adalah, Kita dapat memulainya dari diri sendiri, dari hal-hal kecil, dan dari waktu sekarang. Perlahan, kita akan melihat efek riak (ripple effect) yang bersumber dari niat mulia kita, yaitu membangun komunikasi yang otentik (benar, baik dan indah). Pribadi yang percaya diri tidaklah perlu memamerkan kepada dunia betapa hebat dirinya, tetapi membiarkan dunia tahu dengan sendirinya. Jika anda tak mampu mengatur apa yang ada pada diri anda, maka anda akan diatur oleh apa yang ada di luar diri anda. Andalah yang paling bertanggung jawab atas hidup anda. Silahkan bergosip, tapi terimalah konsekuensi untuk dikucilkan, atau bahkan dihindari.

Labels: