Apa perbedaan pemimpin dengan ketua,
penguasa, bos dan sebagainya? Mengapa belakangan ini banyak diselenggarakan
latihan kepemimpinan? Apakah bangsa kita krisis kepemimpinan? Atau malah
kebanyakan pemimpin? Berikut ini adalah pelajaran yang saya pilah dan pilih
dari buku 21 Hukum Kepempinanan Sejati karya John Maxwell, buku 8 habits karya Stephen R. Covey, film Saving Private
Ryan dan Brave Heart, hasil diskusi, serta sumber-sumber pembelajaran lainnya.
Pemikiran
Pemimpin; Pada Mulanya
Tidak ada yang namanya terlahir secara alami
sebagai pemimpin. Itu karena dia lahir dari orangtua yang mempunyai jiwa
kepemimpinan yang besar. Entah itu diwariskan melalui gen atau
kebiasaan-kebiasaan yang dicontohi sang anak dari orangtuanya. Entah itu orangtua
kandung atau orangtua angkat/pengasuh. Satu-satunya pola berpikir benar untuk
menjadi pemimpin adalah melatihnya dengan belajar mengenai kepemimpinan. Pada
mulanya; lakukanlah sesuatu berdasarkan skala prioritas. Karena tidak semua
kegiatan termasuk prestasi. Kita harus
rela berkorban demi peningkatan. Benar kata
Gerald Brooks; "jika Anda menjadi
pemimpin, Anda kehilangan hak untuk memikirkan diri sendiri." Tanggung
jawab kita bertambah, sementara hak kita berkurang. Memilih menggunakan
pemikiran, bukan berdasar perasaaan belaka.
Ketika
Pemimpin Berkata
Semuanya akan mendengarkan. Pemimpin atas
dasar posisi selalu ingin duluan berbicara dan yang mendengarkan hanya pemimpin
berdasar posisi pula. Sementara pemimpin sejati biasanya berbicara di akhir
pertemuan dan semua orang mendengarnya. Karena ujian sesungguhnya terhadap
kepemimpinan bukanlah dari mana Anda memulainya, tapi bagaimana Anda mengakhirinya. Bagaimana agar kita bisa didengarkan? Kita
baru bisa didengarkan setelah karakter kita dipercayai. Karakter melahirkan
kepercayaan yang kekal. Persis seperti ungkapan J.R. Miller; “ karakter seseorang takkan pernah dapat
dikabarkan." Karakter lahir dari kebiasaan, kebiasaan lahir dari tindakan,
tindakan lahir dari perkataan dan perkataan lahir dari pemikiran. Karenanya,
setelah berpikir dan berkata, pemimpin harus segera merealisasikannya dalam
tindakan.
Apa yang
Dilakukan Seorang Pemimpin?
Seperti investasi, kepemimpinan memerlukan
adanya proses. Kita tidak akan kaya dalam pasar saham hanya dalam semalam. Maka
untuk menjadi pemimpin di hari esok, belajarlah hari ini. Peribahasa kuno
berbunyi; “para juara tidak menjadi juara di atas ring, hanya saja mereka
dikenal menjadi juara di sana.“ Karena
mengetahui bahwa apa yang dia lakukan kepada orang lain berbanding lurus dengan
apa yang orang lain lakukan padanya, maka pemimpin akan berinisiatif untuk
berhubungan baik kepada orang lain. Kita tidak akan bisa memimpin orang lain
tanpa terlebih dahulu menyentuh hatinya. Itulah mengapa pemimpin harus
mengedapankan akhlak (sosial) yang dipimpinnya. Terlepas itu akhlak yang baik seperti Gandhi
atau akhlak yang buruk seperti Hitler.
Meski kadar baik dan buruk pada tokoh di atas sangatlah relatif.
Karakter
Seorang Pemimpin
Anda mungkin mengira bahwa seseorang yang
mengemudikan kapal adalah kapten kapal tersebut. Secara fisik, pengemudi
kapal memang mengemudikan kapal, tapi dia juga tunduk berdasarkan perintah
kapten. Mengapa pengemudi kapal mau-mau saja tunduk pada perintah sang kapten?
Karena orang-orang dengan sendirinya mengikuti orang-orang yang lebih mempunyai
kemimpinan daripada dirinya sendiri. Karakteristik pemimpin dapat dilihat dari
lingkungannya. Ianya memberdayakan orang-orang di sekitarnya agar menjadi
pemimpin selanjutnya. Ianya menciptakan pergaulan para pemimpin. Untuk itu,
dibutuhkan seorang pemimpin untuk mengangkat pemimpin lainnya. Mustahil memberi
tanpa memiliki. Sebagaimana mustahilnya seorang pengikut mengangkat seorang
pemimpin.
Ditakdirkan
Sebagai Pemimpin; Buah dari Kepemimpinan
Kemampuan memimpin berbanding lurus dengan
efektivitas seseorang. Rumusnya sederhana saja, jika kemampuan memimpin kita
bernilai 7, maka efektivitas kita tidak lebih dan tidak kurang dari 7 juga.
Olehnya, untuk melihat peningkatan efektivitas organisasi, peningkatan kualitas
kepemimpinan pemimpinnya mutlak adanya. Kalau tidak begitu, jalan terakhir
adalah dengan mengganti pemimpinnya. Daya tarik Anda bergantung pada siapa yang
tertarik atau mengikuti Anda. Semakin kita meningkatkan kualitas diri, semakin
berkualitas pula yang tertarik untuk mengikuti kita.
Tidak peduli apa posisi atau profesi Anda,
entah itu pengusaha, eksekutif, pengajar, agamawan atau yang lainnya
kepemimpinan harus Anda pelajari. Seperti kata Stephen R. Covey; “pemimpin
bukanlah posisi, melainkan pilihan.“ Nilai akhir kepemimpinan diukur
berdasarkan suksesi kita, yaitu mengenai apa dan siapa saja yang kita wariskan. Kepemimpinan
akan menjadi budaya dan mentalitas dari generasi ke generasi. Karena segalanya
jatuh bangun tergantung pada kepemimpinan.